Di Paksa Menikah

Chapter 104 BAB 103

Sore hari Pak Ramli baru pulang dari bekerja. Ricko dan Intan sudah menunggunya sejak tadi siang.

Setelah Pak Ramli mandi dan berganti pakaian, Intan dan Ricko pun mengajak Pak Ramli duduk di ruang tengah untuk mengutarakan maksud dari kedatangan mereka ke rumah Pak Ramli. Intan mengatakan bahwa 4 hari lagi ia akan wisuda di sekolahnya. Ricko juga mengatakan bahwa pesta pernikahannya akan di laksanakan minggu depan.

“Apa tidak terlalu cepat Rick?” Tanya Pak Ramli pada Ricko.

“Nanti keburu perut Intan membesar dan ia akan mudah lelah Pak.” Jawab Ricko.

“Maksudnya?” Tanya Pak Ramli tidak mengerti dengan maksud Ricko.

“Intan hamil Pak..” Jawab Intan malu – malu.

“Oh.. jadi kamu sudah hamil sekarang?” Tanya pak Ramli sambil manggut – manggut mengerti.

“Iya Pak.” Jawab Intan tertunduk.

“Ya sudah kalau begitu terserah kalian. Bapak mengikut saja.” Jawab Pak Ramli menyetujui keputusan Ricko dan Intan.

Setelah berbincang – bincang dengan Pak Ramli dan Bu Romlah, Ricko dan Intan pun pamit pulang karena hari sudah mulai malam.

Sesampainya di rumah, Intan duduk di sofa ruang tengah. Ricko segera pergi ke dapur membuatkan susu untuk Intan.

“Mau susu yang rasa apa?” Tanya Ricko pada Intan dari dapur. Karena Ricko sudah membeli semua rasa susu dari coklat, stroberi, jeruk, mangga, moca, dan vanila supaya Intan tidak bosan dengan rasa yang itu – itu saja.

“Coklat Mas.” Jawab Intan karena tadi pagi ia sudah minum yang rasa vanila.

Ricko pun segera mengambil kotak susu berwarna coklat yang berjajar di depannya tanpa membacanya terlebih dahulu. Setelah menuangkan air hangat dan mengaduknya, Ricko memberikan segelas susu pada Intan. Intan pun segera meminumnya lalu mengernyitkan dahinya.

“Kenapa?” Tanya Ricko setelah melihat ekspresi Intan.

“Aku kan mintanya coklat, bukan mocca Mas..” Jawab Intan sambil cemberut.

“Huft! Yang penting kan susu untuk ibu hamil. Ayo cepat habiskan. Maaf aku tadi tidak membacanya hanya melihat warna kemasannya saja.” Balas Ricko mengalah dan mencoba bersabar menghadapi Intan yang sensitif semenjak hamil.

Intan pun meminum susunya meskipun terpaksa. Ricko menyalakan televisi di depannya untuk menghilangkan keheningan. Setelah menghabiskan susunya dan menaruh gelas di atas meja, Intan ikut menonton televisi di depannya dengan cemberut. Ricko pun iseng mengarahkan kamera ponselnya ke arah Intan untuk memotretnya secara diam - diam.

![](http://up.pic.mangatoon.mobi/contribute/fiction/130912/markdown/4951927/1580275258640.jpg-original600webp?sign=40da2ccd3071fd6995a5f90e5951b0a4&t=5e72b600)

‘Hmmm. Dagunya mulai berisi. Makin gemuk rupanya. Hehehe.’ Batin Ricko. Ia tidak mau berkata dengan keras. Kalau Intan mendengarnya bisa marah – marah nggak terima di katain gendut.

Keesokan harinya Ricko menyuruh Lia sekretarisnya untuk mendata nama - nama para relasi dan klien Ricko di perusahaan. Ia juga menyuruh Romi mendata teman - teman sekolahnya dulu waktu di SMA.

Kini Intan di rumah Sita juga mendata nama - nama teman SMA-nya. Karena Ricko tidak mau meninggalkan Intan sendirian di rumah, jadi Ricko mengajak Intan ke rumah Sita sebelum berangkat ke perusahaan.

Begitu juga dengan Sita, ia sibuk mendata nama - nama keluarga terdekatnya karena di perintah Ricko.

"Kak Intan beneran hamil?" Tanya Sita kepo di sela - sela kesibukannya mendata nama - nama keluarganya sambil menonton televisi di ruang tengah.

"Iya." Jawab Intan sambil tetap menulis.

"Rasanya gimana sih Kak?” Tanya Sita lagi.

“Nggak enak. Mual muntah terus setiap hari.” Jawab Intan sambil memegangi perutnya.

“Kak Intan kayaknya nggak suka ya hamil anaknya Kak Ricko?” Tanya Sita lagi setelah melihat ekspresi Intan yang tidak bersemangat.

“Bukan nggak suka, cuma aku belum siap. Bayangkan aku hamil di saat aku bahkan belum lulus SMA. Kalo kamu jadi aku gimana perasaan kamu?” Tanya Intan. Sita pun mengerti bagaimana perasaan Intan saat ini.

“Sabar ya Kak. Kalo orang udah nikah ya gitu pasti bunting. Hihihi.” Balas Sita lalu meringis.