Chapter 139 BAB 137
Di dalam mobil, Romi memberanikan diri untuk bertanya pada Sita supaya tidak penasaran lagi.
“Sita .. ” panggil Romi tiba – tiba.
“Iya Kak,” sahut Sita sambil menoleh ke arah Romi yang sedang fokus mengemudi.
“Mmm .. apa kamu sudah punya pacar?” tanya Romi sedikit malu.
“Kenapa?” tanya Sita heran.
“Tidak apa – apa, hanya ingin tahu saja,” balas Romi tersenyum canggung.
“Oh,” balas Sita lalu melanjutkan makan kuenya tanpa menjawab pertanyaan dari Romi.
Eh kok cuma ‘oh’ doang enggak dijawab, batin Romi kecewa.
Keesokan harinya Romi mengantar Intan dan Sita ke bandara untuk menjemput Ricko dan kedua orang tuanya. Intan dan Sita duduk di kursi lobby menanti kedatangan Ricko dengan sabar. Tidak berapa lama muncullah sosok Ricko, Pak Bambang, Bu Sofi dan Bi Mina dari pintu kedatangan. Intan segera menghambur ke arah Ricko dengan semangat dan memeluknya. Ricko pun menyambut pelukan Intan dengan membentangkan kedua tangannya.
“Mas, aku kangen,” ujar Intan di pelukan Ricko.
“Iya, aku juga,” balas Ricko sambil tersenyum dan mengecup kening Intan.
Pak Bambang dan Bu Sofi tersenyum sambil geleng – geleng melihat kelakuan Intan yang seperti anak kecil. Sita menyusul Intan lalu mencium punggung tangan Pak Bambang dan Bu Sofi bergantian lalu memeluk kedua orang tuanya itu. Begitu juga dengan Intan setelah melepas pelukannya pada Ricko.
Setelah itu mereka keluar dari bandara bersama – sama menuju area parkir. Romi membantu Bi Mina membawa barang bawaan mereka. Ricko berjalan sambil memeluk Intan dan tersenyum senang.
Sesampainya di rumah Pak Bambang, Bi Sumi sudah menyiapkan makanan untuk menyambut kedatangan mereka. Sudah lama Pak bambang tidak menginjakkan kakinya di rumah itu, ia melihat ke sekeliling lalu terseyum. Ia merasa bersyukur akhirnya bisa sembuh dari sakitnya.
Mereka berenam pun akhirnya makan bersama seperti keluar besar yang sedang merayakan suatu pesta. Romi merasa canggung karena merasa orang asing diantara keluar itu. Ia pun mempercepat makannya dan segera pamit pulang.
“Kenapa buru – buru?” tanya Pak Bambang pada Romi.
“Iya Pak, sudah sore, saya harus ke perusahaan sebentar sebelum pulang,” jawab Romi dengan sopan.
Akhirnya Pak Bambang pun mengerti dan mengizinkan Romi pulang. Setelah kepergian Romi, Pak Bambang dan Bu Sofi masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat, begitu juga dengan Sita, Ricko dan Intan mereka masuk ke dalam kamar masing - masing.
Di dalam kamar, Intan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur diikuti Ricko. Ricko memiringkan tubuhnya menghadapa Intan lalu merapikan anak rambut Intan dan menyisipkannya di telingan Intan.
“Mas, kenapa kemarin – kemarin kamu tidak menghubungiku?” tanya Intan meminta penjelasan.
“Baterai ponselku habis, jadi aku tidak bisa menghubungimu. Saat aku meneleponmu malah kamu tidak menerima panggilan teleponku,” jawab Ricko dengan tenang.
“Kenapa tidak menelepon ke telepon rumah?” tanya Intan lagi.
“Apa kamu pernah mendengarnya berdering? Sudah lama telepon rumah error, jadi aku tidak menelepon ke telepon rumah. Tadinya aku juga mau melihat keadaanmu lewat CCTV rumah, tapi sepertinya internet sedang bermasalah, jadi aku tidak bisa melakukannya. Maafkan aku, jangan marah ya,” ujar Ricko dengan lembut.
“Hmm,” gumam Intan sambil memejamkan matanya.
Ricko pun memegang pipi Intan lalu mencium bibirnya. Intan yang dicium dadakan tentu saja terkejut. Ia membuka matanya lalu mendorong tubuh Ricko.
“Kenapa?” tanya Ricko heran karena Intan menolaknya.
“Banyak orang di rumah ini, Mas,” jawab Intan merasa malu apabila terpergok seperti di kantor waktu itu.
“Aku sudah mengunci pintunya, jadi aman,” balas Ricko sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kalau Ricko sudah mempersiapkan segalanya apalah daya Intan, ia pun pasrah dengan apa yang dilakukan Ricko hingga percintaanpun terjadi.