Di Paksa Menikah

Chapter 145 BAB 143

Setelah makan malam, Dina merasa kesepian sekaligus lelah setelah rapat dan lari keliling lapangan tadi siang. Ia pun mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Lia yang ia kira adalah Ricko.

Dina : Selamat malam, kamu sedang apa?

Lia yang baru saja selesai mencuci piring segera mengelap tangannya saat mendengar ponselnya berbunyi. Ia segera mengambil ponselnya lalu membuka pesan masuk yang ternyata dari Dina.

“Dina lagi? Tumben akhir – akhir ini dia sering kirim pesan perhatian padaku. Dia enggak lesbi kan?” gumam Lia mulai merasa risih dengan pesan – pesan yang dikirim Dina.

Akhirnya Lia pun menaruh ponselnya kembali tanpa membalas pesan dari Dina. Ia merasa pesan itu tidak penting dan tidak perlu dibalas.

Sementara itu Dina menanti pesan balasan dari Lia yang ia anggap Ricko. Beberapa kali ia mengecek ponselnya berharap ada pesan masuk dari Ricko.

“Kok lama ya balasnya?” gumam Dina sambil cemberut. Ia pun menyalakan laptopnya untuk menonton drama korea kesayangannya sambil menunggu pesan balasan dari Lia yang ia kira Ricko.

Rumah Ricko

Ricko sedang bekerja di depan laptop di ruang kerjanya. Tidak berapa lama Intan masuk membawakan secangkir kopi dan kue dengan nampan lalu menaruhnya di atas meja. Intan memperhatikan Ricko yang sedang serius bekerja memandangi laptopnya.

“Mas, kamu enggak lelah?” tanya Intan saat sudah duduk di sofa.

“Sebentar lagi akan selesai,” balas Ricko tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop dan tangan kanannya mengambil kopi hendak meminumnya. Tiba – tiba Intan segera menghampirinya lalu mengambil kopi itu. Ricko terkejut lalu memandang Intan.

“Kenapa?” tanya Ricko heran.

“Ini masih panas Mas, nanti mulut dan lidahmu terbakar,” jawab Intan sambil tersenyum lalu menuang kopi itu pada piring kecil supaya cepat dingin.

“Terima kasih,” balas Ricko sambil tersenyum dan membelai puncak kepala Intan dengan lembut lalu menarik tubuh Intan untuk duduk di pangkuannya. Setelah itu mengunci Intan di kedua sisi tubuh Intan dengan kedua tangannya sambil kembali mengetik pada laptopnya.

“Aaaah,” pekik Intan terkejut karena Ricko menariknya dengan tiba – tiba. Intan memegang kedua pipi Ricko dengan kedua telapak tangannya lalu menempelkan dahinya pada dahi Ricko.

“Cepat selesaikan kerjanya!” seru Intan sambil melotot lalu membenturkan dahinya pada dahi Ricko dengan sedikit keras. Ricko yang merasa kesakitan segera memegang dahinya, di saat itulah Intan melarikan diri dari pangkuan Ricko.

“Mau ke mana?” tanya Ricko saat melihat Intan keluar dari ruang kerjanya.

“Tidur, ini sudah malam Mas. Cepat pekerjaannmu, aku tunggu di kamar,” jawab Intan sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum sebelum pergi.

Ricko pun tersenyum lalu menyelesaikan pekerjaanya secepat mungkin agar bisa segera menemani istrinya di dalam kamar, syukur – syukur kalau bisa dapat jatah.

Di dalam kamar, Intan membuka almari lalu mengambil lingeria yang ia beli bersama Ricko waktu itu. Ia menempelkan pakaian itu pada tubuhnya dan berdiri di depan cermin, ia merasa malu sendiri saat melihatnya. Tadinya ia ingin memakainya untuk memberi kejutan pada Ricko, tapi akhirnya ia urungkan niat itu karena merasa malu, risih, dan tidak terbiasa.

Sebelum Intan mengembalikan lingeria itu ke dalam almari, Ricko masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu sekaligus menguncinya. Ia melihat Intan hendak memasukkan lingeria itu ke dalam almari, tiba – tiba tangan Ricko mencegahnya. Intan menatap ke arah Ricko yang tengah tersenyum nakal padanya.

“Kenapa dimasukkan lagi?” tanya Ricko.

“Enggak apa – apa,” jawab Intan sewot lalu duduk di tepi tempat tidur.

“Pakai saja, kamu akan terlihat semakin cantik kalau memakai itu,” balas Ricko sambil mengikuti Intan duduk di tepi tempat tidur.

“Cantik dari mana? Jadi kelihatan semua nanti Mas,” ujar Intan tetap kekeh tidak mau memakainya.

“Ya sudah, ayo tidur. Kamu sedang hamil, jangan sering marah – marah ya,” balas Ricko sambil membelai pipi Intan. Intan pun mengangguk dan tersenyum.

Setelah itu Ricko membantu Intan berbaring dan menutupinya dengan selimut, lalu ia pun berbaring di samping Intan sambil memeluk tubuh istrinya.

“Selamat malam,” bisik Ricko lalu mengecup kening Intan.

Terima kasih sudah setia membaca dan menunggu novel berjudul Di Paksa Menikah update dengan sabar. ????

Saya hanya mau memberitahukan bahwa ini karya berjalan, menulis dan mengarangnya harian. Kalau ada ide bisa update cepat, kalau tidak ada, saya tidak akan memaksakan untuk menulis karena itu akan membuat ceritanya tidak menarik lagi. ????

Saya sadar tidak bisa memuaskan semua orang, baik dari kecepatan update atau dari isi cerita, tapi saya akan berusaha semaksimal yang saya bisa. Jadi apabila ada keterlambatan update, saya harap pembaca bisa memakluminya.

Yang merasa bosan, kurang, lupa, atau apalah itu, anda bisa membaca ulang mulai dari bab 1. ????

Demikian curhatan saya sebagai Author, terima kasih dan jangan lupa bahagia. ????