Di Paksa Menikah

Chapter 200. BAB 197

Ricko pun segera memanggil perawat yang tidak jauh darinya. Ia meminta agar istrinya segera diperiksa. Ia berharap istrinya segera sadar dan bisa melihat anak mereka.

“Sus tolong periksa istri saya. Dia menangis,” ucap Ricko dengan semangat seraya mengusap air matanya dengan punggung tangannya.

Perawat itu mendekat dengan tersenyum. “Sabar ya, Pak. Kami tadi sudah memeriksanya sebelum Pak Ricko datang ke sini. Istri anda menitikkan air mata itu karena merespon setiap kata-kata yang anda lontarkan padanya. Meskipun istri anda koma dan tidak bergerak, tapi dia bisa mendengar semua yang anda ucapkan,” jelas perawat itu pada Ricko.

Ricko pun memandang istrinya kembali. Dan lagi-lagi bulir bening keluar dari pelupuk mata Intan yang terpejam.

“Sayang, kamu mendengarku kan? Cepatlah bangun. Aku dan anak kita menunggumu,” ucap Ricko memberikan semangat pada Intan. Intan hanya meresponnya dengan air mata yang ia teteskan di setiap ucapan Ricko.

“Pak Ricko tolong segera kembali ke kamar anda untuk beristirahat. Supaya keadaan anda juga segera pulih,” ucap seorang perawat yang tadi mengantarnya.

“Sayang, aku pergi dulu ya. Aku akan sering-sering mengunjungimu,” pamit Ricko sebelum pergi dan mengecup punggung tangan Intan.

Seorang perawat segera mendorong kursi roda Ricko menjauhi ranjang Intan. Ricko menoleh ke belakang untuk melihat istrinya hingga ia tidak bisa melihat istrinya lagi.

***

Setiap hari Ricko mengunjungi bayinya di ruang perinatal dan istrinya di ruang ICU. Kedua bayi kembar itu lahir dengan cara operasi secar pasca kecelakaan.

Saat sampai di rumah sakit, dokter dan perawat segera memeriksa kandungan Intan. Saat mereka mengetahui bahwa bayi itu masih hidup, mereka segera melakukan operasi cesar untuk menyelamatkannya. Bayi-bayi itu lahir di usia 33 minggu. Karena mereka kembar, tentu saja berat badan mereka lebih kecil dari bayi normal pada umumnya. Berat badan mereka hanya 1900 gram untuk yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan yang perempuan hanya 1800 gram. Kemungkinan hidup sekitar 98 persen untuk bayi yang lahir di usia 33 minggu.

Tadinya dokter Amanda menyarankan untuk operasi di usia 34 minggu. Itu sudah maju 6 minggu dari HPL. Karena kehamilan kembar biasanya tidak akan bisa lahir di usia 40 minggu. Meskipun usia 34 minggu juga dikatakan prematur, tapi bayi yang lahir di usia itu biasanya lebih sehat dari pada yang lahir lebih dini.

Bayi prematur 33 minggu memiliki resiko kesehatan yang tinggi, misalnya masalah pernapasan, kesulitan mengatur suhu tubuh, dan penyakit kuning. Selain masalah tersebut, mereka juga beresiko tinggi mengalami masalah perkembangan belajar dan prilaku. Karena itu mereka memerlukan perawatan yang intensif.

Setiap hari si kembar selalu ditimbang untuk mengetahui perkembangan berat badan mereka. Karena tidak mendapatkan ASI (Air Susu Ibu), mereka diberikan susu formula khusus BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) supaya berat badannya cepat naik ke berat badan normal.

Ricko melihat mereka yang menggeliat dan terkadang menguap dari luar kaca ruang perawatan intensif. Ia tersenyum bisa melihat anaknya, tapi hatinya sakit melihat mereka tidak bisa berada dipelukan ibunya.

Sudah satu minggu berlalu. Kondisi Intan tidak ada perubahan sama sekali. Setiap hari Ricko menjenguknya untuk memberikan semangat. Bu Romlah setiap hari menangisi Intan di depan ruang ICU. Ia masih tidak percaya anaknya mengalami musibah setragis ini.

***

Terima kasih like, komen, dan vote koin/ poinnya. ;_

Dukung penulis di karyakarsa.com/Sifa (lewat google)