Chapter 23 BAB 23
Sementara itu Intan sedang belajar di kamarnya. Ujian semakin dekat. Ia harus giat belajar agar mendapat nilai yang memuaskan. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Setelah lulus ia ingin kuliah dan setelah itu bekerja. Ia tidak tahu sampai kapan akan menjadi istri Ricko yang kaya. Meskipun mereka suami istri sekarang, itu hanyalah sebuah status di atas kertas karena mereka tidak ingin mengecewakan Pak Bambang dan Pak Ramli. Intan dan Ricko terpaksa melakukan pernikahan ini. Ricko tidak ingin mengecewakan Pak Bambang yang sedang sakit. Sedangkan Intan tidak berani melawan Pak Ramli yang keras kepala. Ricko memperlakukan Intan dengan baik karena memang ia berhati baik. Ia juga sadar kalau sekarang Intan istrinya jadi ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Intan baik menafkahi secara materi, melindungi dan menjaganya. Intan pun melakukan tugasnya sebagai istri. Ia memasak, membersihkan rumah dan tidak pernah melawan apapun yang di ucapkan Ricko. Sungguh mereka sudah seperti suami istri beneran hanya satu yang belum melengkapi pernikahan mereka yaitu "kikuk - kikuk" para readers pasti sudah paham. Hehehe
Setelah Romi pulang, Ricko ke kamar Intan dan duduk di tepi ranjangnya. Ia memperhatikan punggung Intan yang sedang serius belajar mengerjakan soal - soal latihan.
"Kamu jangan terlalu dekat dengan Romi." Ucap Ricko tiba - tiba memecah keheningan.
"Kenapa Mas?" Tanya Intan tetap fokus ke soal - soal yang ia kerjakan.
"Dia suka sama kamu." Jawab Ricko to the point.
"Lalu kenapa? Mas Ricko cemburu?" Tanya Intan sambil membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Ricko.
"Bukan begitu. Bukankah bapak kamu melarang kamu pacaran? Lagian sekarang kamu istriku. Kamu harusnya bisa menjaga dirimu dari laki - laki lain selain suamimu." Jawab Ricko tegas.
"Ya aku tahu. Tapi apa salahnya aku berteman dengan mereka? Aku juga harus berjaga - jaga apabila suatu saat nanti kita bercerai." Balas Intan.
"Apa kamu sungguh - sungguh ingin bercerai? Bahkan surat nikah kita saja belum jadi." Tanya Ricko.
"Entahlah. Aku juga nggak tahu Mas. Kalau aku cerai sama Mas Ricko, nanti aku jadi janda muda. Siapa yang mau menikah sama janda? Terus pasti nanti di marahi bapak juga. Apa yang harus aku lakukan? Masa depanku sudah hancur. Sekarang aku hanya bisa belajar dengan sungguh - sungguh agar suatu saat nanti aku bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah dan bisa menopang hidupku sendiri." Ucap Intan lalu airmatanya menetes. Ia benar - benar tidak menyangka kalau hidupnya akan seberantakan ini. Selama ini ia memendam perasaan ini sendirian. Ia tidak pernah mengatakan kepada siapapun. Ini pertama kalinya ia mengungkapkannya pada Ricko. Ricko pun baru kali ini melihat sisi rapuh Intan. Ia mendekati Intan lalu memeluknya.
"Jangan menangis... Kamu tidak akan pernah menjadi janda." Ucap Ricko lembut sambil membelai rambut Intan.
"Maksudnya?" Tanya Intan tidak mengerti sambil memandang wajah Ricko.
"Kita tidak akan bercerai. Kamu akan selalu menjadi istriku selamanya" Jawab Ricko sungguh - sungguh. Intan pun membalas pelukan Ricko dengan erat. Airmatanya kini mengalir semakin deras. Kini akhirnya ia merasa lega. Tidak khawatir lagi dengan masa depannya yang berakhir menjadi janda muda.
Ricko sudah memikirkan ini beberapa hari yang lalu. Ia sudah mulai merasa nyaman dengan kehadiran Intan di sisinya. Intan lebih perhatian dari pada Rossa. Cintanya terhadap Rossa juga mulai memudar karena Rossa terlalu sibuk dan mereka jarang berkomunikasi apalagi bertemu. Seandainya mereka menikah bagaimana rumah tangga mereka nanti.