Chapter 39 BAB 39
Ke esokan harinya seperti biasa Intan bangun pagi membantu ibunya memasak di dapur. Sambil memasak ibunya memulai perbincangan.
"Ntan, di rumah Ricko kamu ngapain aja?" Tanya ibunya sambil menggoreng ikan.
"Masak, sekolah, belajar, ya sama aja Bu kayak di rumah ini. Cuma kalau bersih - bersih Mas Ricko manggil pembantunya mama 2 hari sekali." Jawab Intan sambil motongi sayuran.
"Kamu juga tidur sama Ricko?" Tanya ibunya ingin tahu.
"I- iya Bu." Jawab Intan ragu. Ibunya sudah mulai bertanya kemana - mana. Intan bingung menjawabnya.
"Jangan pakai KB ya Ntan. Kata orang kalau belum pernah punya anak nggak boleh pakai KB. Nanti jadi mandul." Ujar Bu Romlah memperingatkan. Ia nggak mau kalau Intan jadi mandul dan nggak bisa memberikan keturunan pada Ricko yang berakhir Ricko harus menikah lagi dengan wanita lain.
"Tapi Intan masih sekolah Bu. Kalo Intan hamil gimana? Bisa - bisa Intan di keluarkan dari sekolah. Intan juga masih belum siap kalo punya anak. Intan mau kuliah." Jawab Intan.
"Bentar lagi kamu lulus. Kuliah kan boleh kalo hamil? Ntan... Kasihan Pak Bambang. Biarkan dia melihat cucunya sebelum meninggal. Sakitnya sudah makin parah." Saran Bu Romlah.
"Iya Bu..." Jawab Intan pasrah.
Setelah selesai memasak, Intan dan seluruh keluarganya sarapan bersama - sama. Lalu Pak Ramli berangkat bekerja dan Johan berangkat ke sekolah. Karena tidak ada kegiatan lagi Intan belajar lagi untuk mengisi waktu senggangnya.
Setelah bangun pagi dan sarapan Ricko segera bersiap - siap untuk terbang ke Malaysia mengurusi bisnisnya. Saat cek out di lobby, Rossa melihatnya. Ia pun menghampiri Ricko.
"Sayang..." Panggil Rossa pada Ricko. Ricko pun berbalik dan melihat sosok Rossa disana.
"Apa? Di antara kita sudah tidak ada apa - apa lagi. Dan asal kamu tahu, aku sudah menikah. Jadi jangan mencariku lagi." Ucap Ricko pada Rossa.
"Kapan? Tidak mungkin. Kamu pasti bohong kan?" Tanya Rossa tidak percaya.
"Aku pergi dulu." Balas Ricko lalu pergi meninggalkan Rossa yang masih terpaku tidak percaya.
Keluar dari hotel Ricko segera naik taksi ke bandara karena ia sudah memesan tiket penerbangan pagi.
2 hari kemudian
Kini tiba saatnya Intan menghadapi ujian. Ia sudah sangat siap karena setiap harinya ia belajar dengan sungguh - sungguh tanpa gangguan dari Ricko. Saat tiba di sekolah bel masih belum berbunyi. Intan pun membaur dengan sahabat - sahabatnya.
"Lama nggak ketemu jadi kangen nich. . ." Ucap Intan pada sahabat - sahabatnya.
"Eh kirain udah lupa ma kita - kita secara udah ada yang nemenin." sindir Vina.
"Apa an sich ..." Balas Intan malu. Yang lainnya pun tertawa.
Tidak berapa lama bel tanda masuk berbunyi. Semua siswa masuk ke dalam kelasnya masing - masing. Intan mengerjakan soal dengan sungguh - sungguh. Ia berharap bisa mendapatkan nilai yang memuaskan agar orang tuanya bangga. Ia juga berharap bisa melanjutkan kuliah tanpa halangan apapun misalnya hamil. Setelah Ricko pulang nanti Intan ingin mendiskusikan ini dengannya. Intan masih ingat dengan kata - kata Ricko yang akan menyentuhnya setelah ujian akhir selesai. Yang artinya waktu itu sebentar lagi akan datang. Intan tidak menantikannya tapi waktu terus berjalan.
Sudah 4 hari Ricko pergi ke luar negri tanpa ada kabar. Ia juga tidak menghubungi Intan sama sekali. Untungnya Intan tinggal bersama keluarganya jadi ia tidak kesepian.
Pulang sekolah rumah Intan sepi. Semua orang sedang tidak ada di rumah. Intan pun masuk ke kamarnya berganti pakaian lalu berbaring di ranjangnya dan bernyanyi.
Aku selalu bersabar
Menantikan dirimu
Karena aku sayang padamu
Dengan kesungguhanku
Aku rela bersabar
Menantikan dirimu
Karena hanya dirimu, sayang
Yang selalu kurindu
Walau kadang hati bertanya
Mungkinkah kau dan aku
Namun bunga cinta di dada
Telah bersemi dan tumbuh
Kasih jangan buat hatiku
Patah jadi dua