Chapter 66 BAB 66
Setelah membaca dan menandatangani berkas Ricko mengajak Romi turun untuk makan siang. Kebetulan Intan dan teman - temannya juga sudah duduk di meja makan. Saat Ricko duduk di meja makan, ketiga teman Intan melirik Ricko.
'Alamak... Ini suaminya Intan? Ganteng banget.' Batin Vina.
'Suaminya Intan keren. Dewasa banget.' Batin Rita.
'Beruntungnya Intan. Meskipun di jodohin tapi suaminya kaya dan cakep.' Batin Melly.
Intan mengambilkan makanan untuk Ricko seperti biasanya. Semua mata melihat ke arah Intan yang tengah melayani Ricko.
"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Intan pada teman - temannya yang melongo memandanginya.
"Nggak. . ." Vina.
"Nggak. . ." Rita.
"Nggak. . ." Melly.
'Beruntung banget kamu Rick, bisa dapetin Intan. Udah cantik, perhatian, bersegel lagi. Kenapa bukan aku yang jadi suaminya?' Batin Romi. Romi sudah menyukai Intan ketika pertama kali bertemu di kantor waktu itu. Dan semenjak itu ia bertekad mengejar Intan meskipun Ricko melarangnya. Tapi sayangnya tiba - tiba Ricko menunjukkan surat nikah padanya. Sehingga ia mengubur keinginannya untuk mengejar Intan.
Setelah makan Romi kembali ke perusahaan. Begitu juga teman - teman Intan pamit pulang juga. Sekarang tinggal Ricko dan Intan di rumah itu.
"Sekarang tinggal kita berdua. Kamu mau apa?" Ucap Ricko di telingan Intan sambil memeluk Intan dari belakang saat Intan sedang mencuci piring.
"Mas Ricko mau apa? Jangan macam - macam." Balas Intan waspada.
"Hahaha. Kenapa kamu takut? Bukankah kita sudah sering melakukannya?" Ujar Ricko sambil tersenyum.
"Aku.. aku banyak kerjaan. Kita kan nggak ada pembantu Mas. Jadi semua aku yang ngerjain." Balas Intan gugup.
"Setelah mencuci piring. Bersiap - siaplah. Ayo kita pergi menemui wedding organizer." Perintah Ricko lalu melepas pelukannya pada Intan.
"Mas Ricko serius mau mengadakan pesta? Papa kan masih sakit Mas?" Balas Intan.
"Tentu saja. Aku ingin semua orang tahu kalau kita sudah menikah. Masalah papa besok aku akan mengurusnya. Aku akan mengirimnya ke Singapura agar mendapatkan pengobatan yang lebih baik." Ujar Ricko penuh semangat.
Setelah mencuci piring, Intan dan Ricko bersiap - siap menemui wedding organizer. Ricko ingin pernikahannya sempurna. Jadi ia menyiapkannya jauh - jauh hari sebelumnya. Masalah tempat ia sudah punya hotel sendiri. Sisanya hanya butuh wedding organizer untuk mengurusnya dan fitting baju pengantin.
Sesampainya di tempat WO (Wedding Organizer), Ricko dan Intan memilih undangan dan tema pesta pernikahan. Setelah itu Ricko mengajak Intan ke rumah sakit. Ricko ingin membicarakan masalah papanya yang akan ia kirim ke Singapura dengan Pak Bambang dan dokter yang menangani kesehatan papanya.
"Pa, Ricko mau papa berobat ke Singapura. Disana pengobatannya sangat canggih dan lengkap." Ujar Ricko pada papanya saat sudah tiba di ruangan Pak Bambang.
"Tidak usah. Disini juga sama saja Rick. Kalo papa ke Singapura nanti papa nggak bisa melihat cucu papa." Tolak Pak Bambang.
"Hahaha. Papa tenang saja. Ia lahirnya masih lama. Lihat perut Intan masih datar (sambil menunjuk Intan yang sedang duduk di sofa bersama Bu Sofi). Ketika ia lahir nanti dan papa sudah sembuh bukankah itu akan sangat menyenangkan? Papa bisa menggendongnya dan kejar - kejaran dengannya." Ujar Ricko. Pak Bambang pun membayangkan betapa bahagianya ia apabila saat itu tiba. Akhirnya ia pun menyetujui saran Ricko.
Setelah mendapat persetujuan dari papanya, Ricko berbicara dengan dokter yang menangani penyakit Pak Bambang. Dokter pun setuju dan akan menyiapkan segala sesuatunya dalam waktu dua hari.