Chapter 68 BAB 68
Ke esokan harinya saat sarapan bersama Romi menanyakan tentang Intan pada Vina. Ia baru tahu kemarin kalau Intan teman sekolah Vina. Andai saja mereka kenal lebih dulu dari pada Ricko, mungkin saja Intan sudah menjadi miliknya.
"Vin..." Panggil Romi memulai percakapan.
"Hmmmm." sahut Vina karena sedang mengunyah.
"Intan nggak pernah main kesini ya?" Tanya Romi ingin tahu.
"Pernah lah. Dia kan sahabat ku." Jawab Vina setelah menelan makanan di mulutnya.
"Kenapa aku tidak pernah melihatnya?" Tanya Romi lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Ish kakak. Mana bisa ketemu lah? Kak Romi kan kerja? Ngapain tanya - tanya Intan? Naksir? Aku kasih tahu ya, Intan itu sudah menikah. Dan yang kemarin makan siang bareng kita itu suaminya kan? Nanti aku aduin lo sama sua-..." Cerocos Vina terputus karena di potong Romi.
"Diam! Aku sudah tahu." Potong Romi. Lalu minum dan berdiri mau bersiap - siap berangkat kerja.
"Beneran Vin? Intan sudah menikah?" Tanya mamanya Vina. Karena Intan dulu sering main dan belajar kelompok di rumah Vina, sehingga mamanya Vina pun mengenalnya.
"Iya Ma. Dipaksa bapaknya menikah sama anak temannya gitu katanya. Eh nggak taunya suami Intan itu temennya Kak Romi." Jawab Vina.
"Kasian ya si Intan? Masih sekolah udah di suruh nikah. Gimana nanti masa depannya?" Ujar mamanya Vina prihatin.
"Nggak usah kasihan Ma. Suaminya kaya dan cakep. Aku juga mau kok kalo di jodohin sama dia. Aaaaaa" Ujar Vina sambil berteriak senang memegang kedua pipinya.
"Dasar gatel" Ujar mamanya lalu pergi ke dapur membawa piring kotor.
Sementara itu Ricko pergi ke rumah sakit mengurus sesuatu yang di perlukan untuk keberangkatan papanya ke Singapura. Intan membantu mamanya mengepak pakaian di rumah untuk di bawa ke Singapura besok.
"Mama jaga kesehatan ya disana? Kalo ada apa - apa mama langsung hubungi Mas Ricko" Ujar Intan khawatir pada mertuanya.
"Kamu nggak perlu khawatir Ntan. Mama membawa 1 pembantu mama kesana. Kamu fokus sama program kehamilan kamu saja. Semoga sebelum papa pulang ke Indonesia, kamu sudah hamil." Ujar Bu Sofi sambil tersenyum. Wajah Intan pun memerah menahan malu.
"Iya Ma..." Jawab Intan sambil tersenyum.
Sore hari Ricko menjemput Intan di rumah Pak Bambang lalu mengajaknya pulang. Sesampainya di rumah, Intan membantu memasukkan barang - barang yang di perlukan Ricko selama di Singapura ke dalam koper.
"Berapa hari Mas Ricko disana?" Tanya Intan sambil memilih pakaian yang akan di bawa Ricko.
"Mungkin dua hari. Tergantung kondisi papa sich. Oh iya packing juga barang kamu yang di perlukan. Nanti malam aku antar pulang ke rumah bapak." Jawab Ricko sambil merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Iya Mas." Jawab Intan.
Jam tujuh malam mereka berangkat ke rumah Pak Ramli. Karena sudah malam Ricko juga menginap disana.
"Mas... jangan lama - lama ya perginya?" Ujar Intan saat mereka bersiap - siap untuk tidur di pelukan Ricko.
"Kenapa? Sudah Kangen?" Tanya Ricko sambil tersenyum.
"Bukan. Aku terbiasa tidur di peluk Mas Ricko. Aku merasa nyaman." Jawab Intan.
"Tumben manja?" tanya Ricko lalu mencium bibir Intan. Kini Intan sudah terbiasa berciuman dengan Ricko. Akhirnya mereka pun bercinta untuk yang terakhir sebelum Ricko pergi ke Singapura biar si "otong" nggak ngambek.