Chapter 114 BAB 113
Malam hari Susi dan Ani sedang menyiapkan makan malam di dapur. Mereka bingung harus memasak berapa porsi karena mereka tidak tahu berapa jumlah penghuni di rumah Ricko.
“Sus, kita masak berapa banyak ya?” Tanya Ani pada Susi.
“Nggak Tahu Mbak. Tadi Pak Ricko bilangnya hanya ‘istriku’. Mungkin penghuni rumah ini hanya 2 orang Mbak.” Jawab Susi mengira – ngira.
“Mmmm kamu bener juga.” Balas Ani lalu mengeluarkan bahan – bahan yang ada di kulkas dan memasaknya.
Setengah jam kemudian Intan dan Ricko menuruni tangga untuk menikmati makan malam mereka. Ricko berjalan sambil memeluk bahu Intan. Intan juga merasa penasaran dengan asisten rumah tangga mereka yang baru. Sesampainya di meja makan, Ricko dan Intan segera duduk sambil menanti makanan di sajikan.
“Selamat malam Pak.. Mbak..” Sapa Susi yang sedang menaruh makanan di atas meja makan.
“Hmmm.” Gumam Ricko.
“Malam juga Bu. Ibu namanya siapa kalau boleh tahu?” Tanya Intan ingin tahu sambil tersenyum.
“Susi Mbak.” Jawab Susi sambil tersenyum juga lalu kembali ke dapur.
“Kalau ibu yang satunya namanya siapa Mas?” Tanya Intan pada Ricko.
“Ani apa Ina gitu kalau nggak salah. Aku lupa.? Ayo makan sebelum dingin.” Jawab Ricko mengajak
Intan untuk segera makan.
Setelah makan, Ricko mengajak Intan kembali untuk beristirahat di kamar karena besok akan menjalani aktivitas yang menguras banyak energi. Ricko tidak mau Intan pingsan lagi.
Di dapur Ani dan Susi sedang membersikan dapur dan meja makan. Mereka masih bertanya – tanya apakah Intan itu istrinya Ricko atau adiknya karena
masih sangat muda.
“Mbak, gadis cantik yang makan bareng sama Pak Ricko tadi siapa ya?” Tanya Susi pada Ani penasaran.
“ya istrinya lah Sus, kamu kira siapa?” Tanya Ani balik.
“Aku kira adiknya Mbak. Kan masih muda gitu seperti anak SMA.” Jawab Susi.
“Lambat laun kita akan mengetahuinya sendiri. Ayo tidur kalau sudah selesai.” Balas Ani lalu pergi ke kamarnya.
Di lantai atas Ricko dan Intan sudah berbaring di tempat tidur di bawah selimut. Intan tidur di atas lengan Ricko yang sedang memeluknya.
“Mas..” panggil Intan.
“Hmmm.” Gumam Ricko membalas panggilan Intan.
“Mas Ricko nganggap Intan apa sih?” Tanya Intan pada Ricko.
“Istri.” Jawab Ricko singkat.
“Cuma itu doang?” Tanya Intan tidak puas dengan jawaban Ricko.
“Lalu maunya di anggap apa? Kan memang kamu istriku.” Balas Ricko sambil menjepit hidung Intan. Intan pun semakin cemberut.
“Perasaan Mas Ricko ke Intan gimana sih?” Tanya Intan lagi sambil memandang wajah Ricko.
“Sudah malam ayo tidur. Besok kamu harus pergi ke sekolah.” Ujar Ricko sambil menarik selimut hingga ke dada Intan.
“Mas! Kamu menghindari pertanyaanku?” Tanya Intan dengan kesal.
“Aku tidak tahu. Yang ingin aku lakukan hanyalah melindungimu, menjagamu, menyayangimu, membahagiakanmu, dan memperlakukanmu sebaik mungkin dan sebisa yang aku lakukan.” Jawab Ricko sambil memejamkan matanya.
“Apa kamu mencintaiku Mas? Tapi kamu tidak pernah mengatakan dan menyatakannya padaku?” Tanya Intan semakin penasaran dengan perasaan Ricko yang sebenarnya.
“Mana yang lebih penting?? Perkataan atau perbuatan?” Balas Ricko pada Intan dengan masih tetap berbaring dan memejamkan matanya.
Intan pun memejamkan matanya sambil memikirkan perkataan Ricko. Memang benar selama ini Ricko sangat baik terhadapnya. Ricko menjaganya, melidunginya, menyayanginya, menafkahinya, dan memperlakukannya dengan sangat baik. Seharusnya ia tidak perlu mengharapkan kata – kata cinta yang hanya terucap di bibir saja.