Chapter 117 BAB 116
Setelah menyanyikan sebuah lagu, Adit turun dari panggung dan duduk di sebuah bangku kosong di belakang panggung. Entah kenapa ia merasa sedih dan dadanya terasa sesak sekali ketika menyanyikan lagu itu. Ia sudah berusaha mengikhlaskan Intan untuk Ricko, tapi tidak bisa. Sudah lama ia menyukai Intan dan berkali – kali mengungkapkan perasaannya pada Intan, tapi Intan selalu menolaknya dengan alasan dilarang bapaknya untuk berpacaran.
Ketika akan lulus Adit merasa sangat bahagia. Ia berharap Intan akan menerima cintanya yang sudah bersemi sejak kelas 2 SMA itu. Namun yang ia dapatkan malah berita bahwa Intan sudah menikah dan itu keluar dari mulut Intan sendiri. Hatinya sangat hancur, tapi ia berusaha tegar dan sabar menerima kenyataan ini.
Tidak berapa lama Vina menghampiri Adit dengan membawa selembar undangan di tangannya. Vina, Melly, dan Rita sedang membagi – bagikan undangan pesta pernikahan Intan pada teman - temannya. Karena tadi Adit sedang menyanyi di atas panggung, sehingga Vina menunggu sampai Adit selesai bernyanyi.
“Dit, kamu kenapa?” Tanya Vina sambil menepuk bahu Adit yang sedang duduk terdiam. Adit pun menoleh dan melihat Vina sedang menatapnya dengan tersenyum.
“Tidak apa – apa Vin. Ada apa?” Tanya Adit pada Vina.
“Nih undangan buat kamu.” Jawab Vina sambil menyerahkan selembar undangan pada Adit. Adit pun menerimanya lalu membaca nama Intan dan Ricko pada cover depan undangan. Ia memejamkan matanya sebentar lalu membuka matanya kembali.
“Makasih Vin.” Balas Adit lemas.
“Dit, kamu kenapa? Kok lemes gitu?” Tanya Vina yang melihat Adit tidak ada semangat.
“Hanya lelah habis nyanyi tadi.” Jawab Adit tersenyum lalu mengambil sebotol air minum di sampingnya. Setelah itu ia membuka botol itu dan meminum airnya hingga habis tak tersisa satu tetes pun.
“Ya sudah aku pergi dulu.” Ujar Vina lalu pergi untuk berkumpul dengan teman – temannya lagi.
Setelah kepergian Vina, Adit membuka undangan itu lalu membacanya. Ia tidak menyangka akan mendapatkan undangan pesta pernikahan wanita yang ia cintai selama ini. Setelah membaca undangan itu, Adit meremasnya lalu melemparkannya ke sembarang arah dengan sekuat tenaganya.
Karena Adit sedang kesal, ia tidak melihat ke mana larinya undangan yang ia lempar tadi. Setelah melempar undangan itu ia tertunduk sambil menahan kedua lengannya di atas pahanya. Tidak berapa lama ia melihat sepasang sepatu meghampirinya. Ia pun mengangkat kepalanya dan mendongak ke pemilik sepatu tersebut.
“Kenapa kamu membuang undangan ini?” Tanya seseorang yng menghampiri Adit.
“Maaf saya tidak sengaja Pak.” Jawab Adit meminta maaf pada orang tersebut. Orang itu pun tersenyum getir.
“Aku tahu kamu menyukai Intan. Asal kamu tahu, dia sudah menjadi istriku dan sekarang ia sedang mengandung anakku. Jadi jangan pernah berharap untuk mendapatkannya lagi dan juga jangan pernah mendekatinya lagi. Apa kamu mengerti?” Ujar orang itu yang ternyata adalah Ricko. Ia kembali masuk ke dalam gedung aula untuk mencari Intan karena Intan harus banyak – banyak beristirahat.
“Iya Pak saya mengerti. Saya juga tahu diri dan tidak akan merebut istri orang lain.” Jawab Adit dengan mantab.
“Bagus. Aku suka prinsipmu. Semoga kata – katamu bisa dipegang.” Ujar Ricko mencibir kata – kata Adit lalu pergi sambil menepuk bahu Adit dua kali.
Adit pun menyaksikan kepergian Rikco sambil mengepalkan telapak tangannya yang terjuntai ke bawah. Ia sadar bahwa ia tidak bisa di bandingkan dengan Ricko. Ricko laki – laki yang mapan, tampan, dan pandai. Sedangkan ia hanyalah siswa SMA yang hanya mempunyai cinta yang tulus untuk Intan.