Di Paksa Menikah

Chapter 118 BAB 117

Setelah mengelilingi gedung aula, akhirnya Ricko menemukan sosok Intan yang sedang berkumpul dengan teman - temannya. Ia melihat Intan sedang tertawa lepas sambil menutupi mulutnya dengan tangannya.

Ricko tidak segera menghampirinya. Ia mengamati Intan dari kejauhan sambil melipat kedua lengan di dadanya. Ia melihat Intan begitu senang dan bahagia tertawa lepas dan berfoto ria bersama teman - temannya.

Ricko tahu dan sadar bahwa remaja di usia Intan memang seharusnya bebas bermain bersama teman – temannya bukan menjadi seorang istri apalagi hamil seperti yang di alami Intan saat ini.

Akhirnya Ricko pun tidak segera mengajak Intan pulang. Ia hanya mengawasi Intan dari kejauhan. Ia akan membiarkan Intan puas berkumpul dengan teman - temannya.

Tidak berapa lama Adit menghampiri Intan. Adit mengulurkan tangannya lalu menjabat tangan Intan. Intan menerima uluran tangan Adit dengan tersenyum. Ricko menyaksikan itu dari kejauhan.

“Selamat ya atas pernikahanmu dan... selamat juga atas kehamilanmu.” Ujar Adit pada Intan sambil tersenyum. Intan yang tadinya tersenyum tiba – tiba terkejut dan berhenti tersenyum.

‘Dari mana Adit tahu aku hamil?’ Batin Intan.

Semua orang di sekitar Intan menoleh pada Intan setelah mendengar ucapan Adit yang mengatakan bahwa Intan hamil. Intan melihat ke sekelilingnya dan merasa malu dengan tatapan semua teman - temannya.

“Terima kasih Dit.” Balas Intan sambil tersenyum canggung. Setelah itu ia mengambil tasnya dan hendak pergi.

“Mau ke mana?” Tanya Adit yang melihat Intan akan pergi.

“Pulang Dit. Aku harus banyak – banyak istirahat. Mari semuanya. Aku pulang dulu ya.” Ujar Intan sebelum meninggalkan teman - temannya.

Ricko segera mengejar Intan ketika melihat Intan pergi. Setelah sampai di depan pintu aula, Ricko menarik tangan Intan dari belakang. Intan yang merasa ada yang menarik tangannya segera menghentikan langkahnya dan melihat siapa orang yang menarik tangannya.

“Mas Ricko? Kenapa bisa ada di sini?” Tanya Intan heran.

“Aku mencarimu. Apa kamu mau pulang sekarang?” Tanya Ricko dengan sabar.

“Hmmm.” Balas Intan sambil menganggukkan kepalanya.

Ricko pun menggandeng tangan Intan ke area parkir di mana mobilnya berada. Adit menyaksikan kepergian Intan yang bergandengan tangan dengan Ricko dari kejauhan. Ia memegangi dadanya yang tiba – tiba terasa sesak setelah itu ia pergi ke toilet.

Di toilet Adit mencuci mukanya di wastafel dan membasahi rambutnya. Setelah itu ia menatap kaca dan tampaklah bayangan wajahnya dengan mata memerah. Sedari tadi ia berusaha menahan diri agar tidak menangis, tapi akhirnya air mata itu lolos dari pelupuk matanya.

“Intan... Intan... Intan...” Gumam Adit sambil mengeratkan giginya dan meninju tembok di sampingnya. Sebenarnya ia ingin meninju kaca di depannya tapi ia takut terkena masalah dengan pihak sekolah. Apalagi ia ketua OSIS jadi harus memberikan contoh yang baik pada anggotanya.

Di dalam mobil dalam perjalanan pulang, Intan dan Ricko tidak saling bicara hingga mereka sampai di rumah. Intan masih memikirkan dari mana Adit tahu bahwa ia hamil. Yang tahu tentang kehamilannya hanya ketiga sahabatnya.

Setelah Ricko memarkirkan mobilnya di garasi, Intan segera membuka pintu mobil dan turun lalu masuk ke dalam rumah. Ricko merasa heran dengan istrinya itu. Sebentar ceria, sebentar ngambek, sebentar marah, sebentar sedih, kadang manja juga.

Saat Ricko menaiki tangga untuk mengejar Intan, ada sepasang mata wanita muda yang sedang mengamatinya dari meja makan.