Chapter 128 BAB 127
Sore hari akhirnya pesta pernikahan Ricko dan Intan pun selesai. Kini mereka sedang berbaring di atas tempat tidur kamar hotel untuk melepas penat. Pesta pernikahan yang mereka bayangkan akan indah dan menyenangkan ternyata penuh dengan tragedi tidak menyenangkan. Intan juga merasa kesal dengan sikap Ricko yang terlalu posesif dan kekanak - kanakan. Intan merasa kasihan dengan Adit yang tidak salah apa – apa, tapi dimusuhi Ricko sampai seperti itu.
“Mas, kenapa kamu bersikap seperti itu pada Adit?” tanya Intan sambil menatap langit – langit kamar hotel.
“Aku tidak suka dengannya,” jawab Ricko dengan santainya.
“Kenapa kamu tidak suka dengan Adit?” tanya Intan lagi kali ini dengan memandang ke arah Ricko.
“Dia selalu menyanyikan lagu cinta untukmu. Apa dia tidak tahu, kalau wanita yang sudah menikah tidak boleh dicintai laki – laki lain?” balas Ricko sedikit kesal.
“Kan memang belum ada yang mencintaiku Mas. Bahkan suamiku saja tidak mencintaiku,” ujar Intan dengan cemberut.
“Siapa yang tidak mencintaimu?” tanya Ricko dengan memandang ke arah Intan.
“kamu! Siapa lagi? Memang suamiku ada berapa?” seru Intan kesal pada Ricko.
“Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Kalau aku tidak mencintaimu, aku tidak akan tidur denganmu selama ini. Apa perlu aku mengucapkannya setiap hari supaya kamu tahu bahwa aku mencintaimu?” balas Ricko dengan emosional.
“Benarkah? Sejak kapan?” tanya Intan penasaran.
“Pikir saja sendiri. Memangnya selama ini kamu tidak merasakannya? Cinta tidak harus diucapkan. Seharusnya kamu sudah tahu dengan semua perlakuanku padamu. Aku tidak penah memperlakukan seorang wanita seperti aku memperlakukanmu,” Balas Ricko lalu bangkit dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.
Intan pun berpikir dan mencerna kata – kata Ricko. Intan mengira Ricko baik padanya selama ini karena dia laki – laki yang bertanggung jawab terhadap istrinya. Ia tidak tahu bahwa Ricko sudah lama mencintainya.
Malam hari Ricko dan Intan kembali pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Ricko segera membuatkan susu untuk Intan karena 2 hari ini Intan tidak minum susu selama tidur di hotel.
Saat di dapur, Ricko bertemu dengan Bu Ani yang sedang membersihkan dapur. Bu Ani segera menghadap Ricko dan meminta maaf atas perlakuan Rena kemarin karena sudah merusak acara pesta pernikahannya. Ricko pun memaafkannya karena merasa kasihan dengan Bu Ani yang menjadi tulang punggung keluarganya. Bu Ani mengatakan pada Ricko bahwa suaminya meninggal saat Rena masih berusia 9 tahun karena serangan jantung.
Ricko bukan orang yang tidak berperasaan, jadi ia tetap memperkerjakan Bu Ani di rumahnya. Lagipula kejadian kemarin bukan salah Bu Ani. Ricko pun meminta pada Bu Ani supaya Rena tidak sering – sering datang ke rumahnya. Bu Ani mengerti dan akan berusaha mencegah Rena menginjakkan kakinya di rumah Ricko.
Setelah membuat susu, Ricko segera naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya di mana Intan berada. Ia memberikan susu itu pada Intan dan menyuruhnya untuk segera meminumnya selagi hangat.
Setelah menghabiskan susu dan menaruh gelasnya di nakas, Intan membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga ke dadanya. Begitu juga dengan Ricko, ia membaringkan tubuhnya di samping Intan setelah memberikan susu pada Intan.
“Mas,” panggil Intan.
“Hmm,” balas Ricko.
“Apa benar setelah kamu bosan denganku, kamu akan mencampakkanku seperti yang dikatakan Rossa?” tanya Intan. Sedari tadi ia memikirkan kata – kata yang dilontarkan Rossa saat di pesta pernikahan tadi siang.
“Sudah malam, tidurlah! Jangan memikirkan sesuatu yang tidak penting,” balas Ricko lalu memeluk tubuh Intan.
“Kenapa kamu tidak menjawabnya? Kamu selalu menghindari pertanyaanku Mas,” ujar Intan kecewa.
“Aku tidak akan meninggalkanmu. Kamu ibu dari anakku. Apa jawaban ini sudah bisa memuaskanmu?” tanya Ricko sambil memandang Intan yang menunggu jawabannya sedari tadi. Intan pun tersenyum lalu memeluk tubuh Ricko dengan erat.