Di Paksa Menikah

Chapter 20 BAB 20

Sesampainya di rumah sakit Intan dan Ricko mencium punggung tangan Pak Bambang dan Bu Sofi bergantian.

"Ricko nggak jahat kan sama kamu?" Tanya Pak Bambang pada Intan.

"Enggak Pakdhe..." Jawab Intan sambil tersenyum.

"Kok panggil Pakdhe lagi?" Ujar Pak Bambang kurang suka.

"Iya Pa..." Ucap Intan malu - malu karena belum terbiasa.

"Rick kamu makin gemukan sekarang?" Ujar Pak Bambang pada Ricko yang melihat pipi Ricko agak sedikit cabi.

"Masa' sih Pa?" Tanya Ricko tidak percaya sambil membelai pipinya.

"Iya Rick. Sepertinya Intan merawatmu dengan sangat baik." Ucap Bu Sofi menambahi sambil tersenyum senang.

Tidak berapa lama perawat mengantar makan siang untuk pasien. Bu Sofi pun menerimanya lalu menaruh di meja samping Pak Bambang.

"Pakdhe... eh Papa mau makan? Biar Intan suapi ya mumpung masih hangat?" Ucap Intan menawari Pak Bambang makan. Pak Bambang pun mengangguk sambil tersenyum. Intan membuka makanan itu lalu menyuapi Pak Bambang dengan pelan - pelan. Ricko dan Bu Sofi menyaksikan Intan menyuapi Pak Bambang dengan penuh perhatian.

"Tuh lihat Rick, Intan sama mertuanya perhatian gitu apalagi sama suaminya? Kamu aja makin gemukan sekarang. Kamu belum apa - apain dia kan?" Ucap Bu Sofi pada Ricko sambil berbisik.

"Apa - apain gimana Ma?" Tanya Ricko pura - pura nggak ngerti.

"Sudahlah. Ingat Intan masih sekolah. Jangan di bikin hamil." Ucap Bu Sofi pada Ricko.

"Di bikin hamil gimana Ma? Orang Ricko nggak ngapa - ngapain dia. Malah kita tidur di kamar yang berbeda. Ricko masuk kamarnya aja di usir." Jelas Ricko pada mamanya. Mamanya tertawa terbahak - bahak membuat Pak Bambang dan Intan menoleh ke arah mereka.

"Ada apa?" Tanya Pak Bambang ingin tahu.

"Nanti saja Mama critain Pa..." Ucap Bu Sofi sambil menahan tawanya.

Sore hari Ricko dan Intan pamit pulang pada Pak Bambang dan Bu Sofi. Di tengah perjalanan Intan baru ingat kalau beras di rumah tinggal sedikit.

"Mas mampir beli beras ya. Di rumah tinggal sedikit." Ucap Intan tiba - tiba.

"Mau beli dimana?" Tanya Ricko sambil tetap mengemudi.

"Di toko yang dekat perumahan Mas Ricko aja. Selain harganya lebih murah. Kita juga membantu menambah rizki mereka untuk menyekolahkan anak mereka. Kalo kita beli di supermarket harganya lebih mahal dan lagian yang punya juga sudah kaya." ucap Intan membandingkan. Ricko pun berpikir yang di katakan Intan ada benarnya juga.

Sesampainya di rumah pembantu yang membersihkan rumah sudah pulang. Intan segera masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Perjalanan jauh membuatnya merasa sangat lelah.

Begitu juga dengan Ricko ia istirahat di kamarnya. Tidak berapa lama ponselnya berdering. Ricko mengambil ponselnya dan melihat ID pemanggil yang menunjukkan nama pemanggil "Sayangku". Ricko pun segera menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

Ricko : "Hallo."

Rossa : "Sayang..."

Ricko : "Iya ada apa sayang?"

Rossa : "besok aku berangkat ke Singapura."

Ricko : "Iya aku tahu..."

Rossa : "Kamu nggakpapa kan aku tinggal 3 bulan?"

Ricko : "Nggakpapa. Sudah biasa. Mau di antar ke bandara?"

Rossa : "Nggak usah sayang. Aku berangkat sama tim crew. Udah dulu ya aku mau mandi. Bye sayang muach"

Setelah menaruh ponselnya kantuk Ricko pun menjadi hilang. Ia segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya dengan mandi air hangat.