Di Paksa Menikah

Chapter 196. BAB 193

Melly dan Vina mendadak panik saat mengetahui Intan tidak sadarkan diri di pelukannya. Mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pasti suami Intan marah besar seperti yang sudah-sudah kalau tahu Intan pingsan. Apalagi di saat Intan hamil besar seperti ini.

“Gimana ini Mel?” tanya Vina dengan jantung berdebar.

“Panggil pembantunya saja suruh bantuin kita nyadarin Intan,” saran Melly yang juga ketakutan.

“Oh iya. Kamu benar. Kamu jaga Intan ya,” ucap Vina lalu meninggalkan Intan yang tengah bersandar pada Melly.

Vina berjalan ke belakang untuk mencari pembantu Intan dan menemukan Bi Ani yang tengah menyetrika.

“Bi .. “ panggil Vina dengan pelan.

“Iya?” sahut Bi Ani menoleh pada Vina.

“Mmm Intan pingsan,” jawab Vina dengan ragu-ragu.

“Aduh, kok bisa Mbak?” tanya Bi Ani ikut panik dan segera mencabut colokan setrikanya lalu berjalan menuju ruang tengah. Vina mengikuti di belakangnya.

Saat mereka berjalan, tiba-tiba Susi keluar dari dalam kamar seraya menguncir rambutnya. Ia pun heran karena Bi Ani dan Vina berjalan dengan tergesa-gesa.

“Ada apa?” tanya Susi.

“Mbak Intan pingsan,” jawab Bi Ani seraya terus melanjutkan perjalanannya tanpa menoleh ke arah Susi.

Susi membelalak lantaran terkejut. Ia pun kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil ponselnya dan segera menghubungi Ricko tanpa sepengetahuan siapapun. Bagaimana pun Ricko harus tahu keadaan Intan sekarang meskipun ujung-ujungnya akan kena marah semua.

“Ada apa?” tanya Ricko di seberang telepon.

“Mmmm.” Susi merasa ragu-ragu dan takut untuk mengatakannya.

“Cepat katakan!” seru Ricko merasa tidak sabar.

“Mbak Intan pingsan, Pak,” jawab Susi tiba-tiba.

“Bagaimana bisa?!” bentak Ricko seraya mengerutkan dahinya dan berdiri dari tempat duduknya.

“Saya tidak tahu, Pak,” balas Susi ketakutan.

Ricko pun segera memutuskan sambungan teleponnya lalu menyambar jas yang ia sampirkan di sandaran kursinya. Setelah itu ia keluar dari ruangannya untuk segera pulang.

“Pak , satu jam lagi ada meeting dengan- “ belum selesai Lia melanjutkan kata-katanya, Ricko sudah menyahutinya.

“Batalkan semua!” perintah Ricko tanpa menoleh ke arah Lia.

Lia pun hanya bisa mengangguk dan menghembuskan napas melalui hidungnya. Ia sudah menyusun jadwal dan membuat janji dengan beberapa klien, tapi tiba-tiba Ricko menyuruhnya membatalkan semuanya.

Di dalam perjalanan menuju rumahnya, Ricko menelepon dokter Amanda setelah memasang handsfree di telinganya. Tidak butuh waktu lama Dokter Amanda untuk menerima telepon dari Ricko karena memang kebetulan Dokter Amanda sedang libur.

“Ada apa Rick?” tanya Dokter Amanda seraya memasukkan biskuit ke dalam mulutnya dan sedang bersantai menonton drama Korea di televisi.

“Tolong segera ke rumah. Istriku pingsan Manda,” ucap Ricko panik dengan mata berkaca-kaca. Ia sangat khawatir dengan keadaan istrinya yang sangat lemah dengan kehamilan kembar. Ia juga belum sempat mengatakan pada Intan bahwa kelahiran anaknya harus melalui operasi. Ia takut itu akan mempengaruhi psikologis istrinya.

Sementara itu di rumah, Intan diangkat empat orang dan ditidurkan di kamarnya. Bi Ani membalurkan minyak angin di kepala, hidung, perut dan kaki Intan berharap Intan segera sadar. Susi membuat teh hangat di dapur untuk diberikan pada Intan nanti setelah sadar.

Vina dan Melly saling berpegangan tangan dan menangis menatap Intan yang tidak bergerak dengan wajanya yang pucat. Mereka takut terjadi apa-apa dengan Intan dan bayi kembarnya.

***

Jangan lupa VOTE poin / koinnya, bukan cuma komen “lanjut”.

Mari saling menguntungkan. Anda puas membaca cerita saya, saya senang naik rangkingnya. Terima kasih.