Chapter 197. BAB 194
Satu minggu kemudian
Keadaan Intan sudah lebih baik dan bisa beraktivitas seperti semula. Melly dan Vina tidak memberitahu Intan bahwa Rita bunuh diri dengan cara melukai urat nadi di pergelangan tangannya hingga kehabisan darah. Karena Rita tidak keluar sejak sore hari, tantenya pun membuka pintu kamar Rita yang tidak dikunci dan menemukan Rita tergeletak di lantai dan sudah tidak bernyawa pada waktu subuh. Mereka takut Intan akan syock lagi yang berakibat buruk pada kehamilannya. Apabila itu terjadi, sudah bisa dibayangkan betapa murkanya Ricko pada mereka. Karena itu mereka memilih tidak memberitahu Intan sekarang dan akan memilih waktu yang tepat setelah Intan melahirkan.
Hari ini Intan dan Ricko akan berkunjung ke rumah pak Bambang. Sudah lama mereka tidak mengunjunginya. Ricko juga tidak mau kalau Intan stres karena hanya tinggal di rumah terus-terusan. Mumpung hari ini libur bekerja, ia pun mengajak Intan ke rumah orangtuanya.
Tentu saja Intan sangat senang. Ia pun membuat kue di dapur dibantu Susi dan bi Ani untuk diberikan pada pak Bambang. Setelah kuenya matang Ricko dan Intan pun berangkat.
Selama perjalanan Ricko mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat berhenti di lampu merah, ia mengecup pipi Intan yang sedikit tembem. Intan pun menoleh dan tersenyum padanya.
“Dilihat orang malu, Mas,” ucap Intan pada Ricko seraya menyentuh pipinya yang baru saja dicium.
“Tidak apa-apa. Kan cium istri sendiri,” balas Ricko dengan mengedipkan sebelah matanya.
“Aku mencintaimu,” ucap Ricko tiba-tiba seraya mengaitkan jemarinya dengan jemari Intan lalu menciumnya.
“Aku juga mencintaimu, Mas,” balas Intan seraya tersenyum dan mengeratkan jemarinya pada jemari Ricko.
Dari arah yang berlawanan dengan mereka, Rossa sedang memperhatikan kemesraan mereka dari dalam mobilnya. Kebetulan mereka sama-sama berada di barisan paling depan saat menunggu lampu lalu lintas dari merah menjadi hijau. Ia merasa tidak suka dan cemburu. Ia mengira Intan telah merebut kekasihnya.
“Kalau aku tidak bisa memilikinya, orang lain juga tidak boleh memilikinya,” gumam Rossa dengan menyeringai jahat.
Setelah lampu kuning menyala dan berubah menjadi hijau, Rossa segera menginjak gas dan melaju dengan kecepatan penuh ke arah mobil Ricko. Ia tidak perduli dengan keselamatan dirinya sendiri.
Ricko baru saja menginjak gasnya. Tentu saja ia tidak siap dan terkejut. Ia pun membanting kemudi hingga menabrak mobil di samping kirinya. Rossa pun mundur lalu menabrakkan mobinya ke mobil Ricko berkali-kali dengan kerasnya.
Kecelakaan pun tidak terelakkan. Intan dan Ricko kini bersimbah darah. Beberapa orang segera mengerubungi mobil Ricko yang ringsek. Ricko yang masih setengah sadar menoleh ke arah Intan yang tidak sadarkan diri. Ia menangis melihat istrinya dengan keadaan seperti itu. Ia tidak mau kehilangan istri dan anak kembarnya yang akan segera lahir. Ia mengulurkan tangannya dengan pelan-pelan ke arah Intan. Belum sempat tangannya menggapai Intan, tiba-tiba pandangannya gelap dan ia pun tidak sadarkan diri.
Tuhan .. tolong selamatkan anak dan istri saya. Ucap Ricko dalam hati. Hatinya menangis karena tidak bisa melindungi dan menyelamatkan istri sekaligus buah hati yang ada di dalam kandungannya.
Beberapa orang membuka paksa pintu mobil Ricko yang kacanya sudah pecah. Setelah pintu mobil terbuka, mereka segera mengeluarkan Ricko dan memeriksa napas serta nadi untuk memastikan apakah masih hidup atau sudah meninggal.