Chapter 32 BAB 32
"Mas Ricko!" Teriak Intan kesal.
"Berani teriak sama suamimu?" Ucap Ricko masih dengan memejamkan matanya.
"Maaf bukannya begitu tapi... " Balas Intan menyesal.
"Aku baru akan menyentuh dadamu, tapi kamu sudah seperti itu. Istri macam apa kamu?" Ucap Ricko lalu bangun dan turun dari ranjang.
Setelah itu ia keluar dari kamar Intan lalu menaiki tangga menuju kamarnya sendiri di lantai atas. Ia sangat - sangat lelah. Kemarin ia bekerja hingga larut malam. Lalu menjemput Intan di rumah Pak Ramli. Tenaganya benar - benar terkuras habis. Ia ingin dimanjakan istrinya. Tapi istrinya menolaknya.
Intan benar - benar menyesal telah membuat Ricko marah. Tidak seharusnya ia menolak Ricko. Bagaimanapun juga sekarang Ricko adalah suaminya. Ricko berhak atas setiap inci tubuhnya. Intan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi ia berganti pakaian, menyisir rambutnya, memakai bedak, dan lotion seperti biasa. Setelah itu ia keluar dari kamarnya lalu menaiki tangga menuju kamar Ricko.
Sesampainya di depan pintu kamar Ricko, Intan menarik napas dalam - dalam lalu menghembuskannya pelan - pelan. Dadanya berdebar - debar. Setelah itu ia membuka pintu kamar Ricko dan tampaklah Ricko sedang bersandar pada ranjangnya dengan ponsel di tangannya.
Meskipun sedang di rumah, Ricko juga tetap bekerja melalui ponselnya. Intan mendekat ke arah Ricko, lalu berbaring di samping Ricko. Ricko yang melihat Intan tiba - tiba berbaring di sampingnya tentu saja heran.
"Maafin aku Mas..." Ucap Intan memohon sambil memeluk Ricko. Ricko masih diam saja pura - pura memainkan ponselnya.
"Mas..." Panggil Intan. Ricko pun menoleh dan melihat Intan seperti sedang memohon. Tentu saja Ricko tidak menyia - nyiakan kesempatan ini. Ia segera menaruh ponselnya di nakas lalu memandang wajah Intan.
"Apa?" Tanya Ricko.
"Maafin aku..." Jawab Intan.
"Iya. Lalu kenapa tadi meneriakiku?" Tanya Ricko lagi.
"Aku masih belum terbiasa. Aku harap Mas Ricko mengerti. Aku akan mencobanya pelan - pelan Mas. Maafin aku." Jawab Intan.
"Apa kamu mau mencobanya sekarang?" Tanya Ricko lagi.
Intan pun menganggukan kepalanya. Setelah mendapatkan persetujuan dari Intan, Ricko mencium bibir Intan pelan - pelan. Ricko tahu ini ciuman pertama bagi Intan karena Intan begitu kaku dan tidak membalasnya. Intan pun memejamkan matanya berusaha menerima apapun yang dilakukan Ricko pada tubuhnya.
Tangan Ricko masuk ke dalam kaos Intan dan meraba dadanya. Sesuatu yang sangat ingin Ricko sentuh selama ini. Intan pun pasrah dengan apapun yang dilakukan Ricko, tapi hatinya masih belum rela.
Air matanya pun mengalir dari pelupuk matanya. Isak tangis mulai terdengar. Ricko menjadi tidak tega melakukannya. Ia juga tahu minggu depan Intan akan menghadapi ujian akhir. Ia tidak ingin membuat Intan trauma yang bisa mempengaruhi semangat belajarnya. Ricko tahu ia tidak boleh egois. Istrinya masih remaja polos yang selisih umur 10 tahun dengannya. Ia akan menahan keinginannya dan menunggu sampai Intan selesai ujian.
"Keluarlah! Sebentar lagi ada orang yang datang mengantar makanan." Ucap Ricko pada Intan. Intan merasa lega sesuatu yang ia takutkan tidak terjadi. Ia bersyukur Ricko masih punya rasa kasihan padanya.
"Aku sudah memesan makanan dan memanggil tukang tambal ban. Pembantu mama juga akan datang sebentar lagi. Kamu turunlah dulu. Aku mandi sebentar." Ucap Ricko lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Intan pun turun dan kembali ke kamarnya lalu mencuci muka untuk menghapus bekas air matanya. Tidak berapa lama makanan pesanan Ricko pun datang. Intan menerimanya lalu menyiapkannya di meja makan. Beberapa saat kemudian Ricko turun dan duduk di meja makan bersama Intan untuk sarapan bersama.