Chapter 6 BAB 6
"Setelah satu tahun pernikahan ini ayo kita bercerai. Aku akan membiayai sekolah dan kuliahmu serta memberimu uang lebih setelah kita bercerai. Dan selama setahun ini kita tidur di kamar terpisah. Aku tidak akan menyentuhmu. Jangan pernah mencampuri urusanku. Kalau ada yang tahu kita tinggal satu rumah kamu harus mengaku sepupuku. Gimana deal?" Ujar Ricko pada Intan.
"Oke deal. Aku sangat setuju." jawab Intan semangat 45. Ia sangat senang. Akhirnya ia masih bisa bebas meskipun sudah menikah.
"Oh iya maaf aku lupa memberimu makan. 2 hari ini pembantuku libur. Ibunya sedang sakit. Mungkin mulai besok dia sudah kembali. Kamu mau makan apa? Akan aku pesankan online." Ucap Ricko sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Nggak usah mas. Aku sudah kenyang." jawab Intan menolak.
"Apa kamu bisa memasak?" Tanya Ricko ingin tahu.
"Ya sedikit. Kadang aku membantu ibuku memasak." Jawab Intan jujur.
"Tolong Masakkan untukku. Aku lapar. Carilah bahannya di kulkas. Aku tunggu di sini." Ucap Ricko meminta tolong.
Intan pun segera menghabiskan susunya. Setelah itu berdiri dan pergi ke dapur lalu membuka kulkas mengambil telur, daun bawang, dan wortel. Setelah itu ia memakai celemek yang ada di gantungan pojokan. Ia mengambil wadah lalu mencuci wortel dan daun bawang. Setelah itu mengirisnya kecil - kecil. Lalu memecahkan telur dan mengocoknya bersama wortel dan irisan daun bawang tidak lupa menambahkan garam, merica bubuk dan penyedap. Ricko menyaksikan punggung Intan yang sedang memasak dengan cekatannya. ia pun tersenyum.
Saat Intan menggoreng masakannya baunya tercium sangat harum membuat perut Ricko semakin lapar. Tidak berapa lama Intan menaruh sepiring omelet di meja makan tepatnya di depan Ricko lengkap dengan sendok, garpu dan saos. Ricko pun segera menyantapnya.
"Auw sssshhhhhh hah hah hah." Eluh Ricko.
"Kenapa Mas?" Tanya Intan panik.
"Panas." jawab Ricko.
"Hati - hati Mas. Pelan - pelan makannya. Nich minum." Ucap Intan sambil menyerahkan segelas air putih. Ricko pun menerimanya lalu meminumnya.
"Kamu nggak makan?" Tanya Ricko saat melihat Intan hanya menungguinya makan.
"Nggak Mas. Aku udah kenyang." Tolak Intan.
"Ayo makan. Kamu kan belum makan. Aaaa" Ucap Ricko sambil menusuk omelet lalu mengarahkan ke mulut Intan dan menyuruhnya membuka mulutnya. Intan pun terpaksa menerima suapan Ricko. Intan mengunyahnya dengan menunduk. Wajahnya memerah. Ini pertama kalinya ia makan di suapi laki - laki.
"Masakanmu enak..." ucap Ricko tiba - tiba.
"Makasih Mas..." balas Intan sambil tersenyum.
Setelah Ricko selesai makan Intan mencuci piring dan membersihkan meja makan serta dapur. Sedangkan Ricko menonton televisi di ruang tengah. Selesai bersih - bersih Intan bermaksud kembali ke kamarnya namun tiba - tiba listrik padam.
"MAS... MAS RICKO... TOLONG INTAN!" Teriak Intan hampir menangis.
"Ada apa?" Tanya Ricko saat sudah di depan Intan menggunakan senter ponsel dan melihat Intan sedang berjongkok di samping tangga.
"Aku takut gelap hiks hiks." Jawab Intan mulai menangis lalu memeluk Ricko.
"Ada aku. Jangan menangis lagi." Ricko membalas pelukan Intan.
"Apa kamu mau tidur?" Tanya Ricko. Intan mengangguk. Ricko pun mengantar Intan ke dalam kamarnya. Membaringkannya di ranjang dan menyelimutinya.
"Jangan pergi. Aku takut. Ini pertama kalinya aku di sini" Ucap Intan saat Ricko akan pergi.
"Lalu?" Tanya Ricko.
"Temani aku Mas. Aku mohon. Aku benar - benar takut." Ucap Intan memohon hampir menangis. Akhirnya Ricko pun menemani Intan.
"Jangan menangis. Aku akan menemanimu di sini." Balas Ricko lalu berbaring di samping Intan. Intan pun memeluknya dan menyembunyikan kepalanya di dada Ricko hingga ia tertidur.
'Rambutnya wangi banget.' Batin Ricko sambil memeluk Intan. Ricko pun berusaha menenangkan dirinya sendiri yang baru pertama kali tidur sambil meluk gadis. Ada sesuatu yang tidak beres. Tiba - tiba juniornya bereaksi. Ia pun berusaha menekan perasaan aneh itu hingga ia pun ikut tertidur juga.