Setelah selesai membuat rujak, Bu Romlah masuk ke kamar Intan hendak mengajaknya makan rujak di meja makan dapur. Ia melihat Intan duduk di tepi tempat sedang termenung. Bu Romlah pun menghampirinya dan ikut duduk di tepi tempat tidur Intan.r

r

“Kamu kenapa melamun?” Tanya Bu Romlah sambil membelai punggung Intan.r

r

“Bu... kalo hamil tandanya gimana ya?” Tanya Intan pada ibunya.r

r

“Kamu hamil?” Tanya Bu Romlah sambil tersenyum.r

r

“Intan nggak tahu Bu. Kalo Intan hamil gimana?” Tanya Intan khawatir.r

r

“Kenapa kamu khawatir? Kan kamu sudah menikah. Jadi tidak perlu takut ataupun malu. Kecuali kamu hamil di luar nikah. Bisa – bisa di gorok sama Bapakmu Ntan. Hahaha.” Ujar Bu Romlah lalu tertawa.r

r

Intan sudah bisa membayangkan gimana kalo bapaknya ngamuk menahan malu. Ia pun tersenyum canggung pada ibunya. Setelah itu Intan dan Bu Romlah ke dapur untuk menikmati rujak mangga muda buatan Bu Romlah.r

r

Sore hari ketika Intan pulang dari rumah ibunya, ia ingin mampir ke apotek terlebih dahulu untuk membeli tespack. Tapi ia malu dan takut untuk membelinya. Ia pun menghentikan motornya di depan sebuah swalayan. Ia duduk di lantai depan swalayan sambil melipat lututnya dan memeluk kedua bahunya.r

r


“Apa yang harus aku lakukan?” Gumam Intan sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia memang tidak terlalu mual lagi beberapa hari ini karena ia mengonsumsi obat maag. Ia mengira asam lambungnya sedang naik, sehingga ia merasa mual dan muntah beberapa hari yang lalu.r

r

Tidak berapa lama, seorang laki – laki keluar dari dalam swalayan dan melihat Intan sedang duduk sendirian. Ia pun menyapanya.r

r

“Intan?” Sapa laki – laki itu. Intan pun menoleh ke arah sumber suara.r

r

“Adit?” Balas Intan setelah tahu siapa yang memanggilnya.r

r

“Kenapa kamu duduk disini?” Tanya Adit setelah duduk di samping Intan.r

r

“Aku baru pulang dari rumah ibuku. Karena lelah jadi aku istirahat sebentar disini.” Jawab Intan bohong.r

r

“Nich minum!” Ujar Adit sambil menyerahkan minuman pada Intan. Intan pun menerimanya.r

r

“Makasih Dit...” Balas Intan sambil membuka penutup botol lalu meminumnya.r

r

“Kemarin aku sudah melihat berita tentangmu. Sebenarnya aku juga khawatir denganmu. Tapi aku sadar kamu sudah menikah. Jadi aku hanya mendoakan yang terbaik untukmu.” Ujar Adit lalu berdiri dan tersenyum.r

r


“Makasih Dit. Dan... maaf sudah membuatmu kecewa.” Balas Intan sambil memandang Adit.r

r

“Tidak apa - apa. Ayo pulang. Ini sudah senja. Apa kamu berani pulang sendiri?” Tanya Adit sambil tersenyum pada Intan.r

r

“Iya Dit.” Jawab Intan lalu berdiri dan berjalan ke arah motornya. Setelah itu mereka pergi menggunakan motor masing – masing ke arah yang berbeda.r

r

Sesampainya di rumah, Intan melihat mobil Ricko sudah di dalam garasi. Ia pun segera masuk ke dalam rumah dan melihat Ricko sedang duduk di sofa ruang keluarga.r

r

“Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang?” Tanya Ricko seraya berdiri.


“Dari rumah Ibu Mas.” Jawab Intan sambil memasang wajah melas supaya Ricko tidak marah. Tidak mungkin ia mengatakan kalau habis ketemu Adit. Bisa – bisa keluar tanduk dari kepala Ricko.r

r

“Oke. Mandilah!” Ujar Ricko lalu kembali duduk dan menonton televisi. Intan segera naik ke lantai atas dan masuk ke kamarnya untuk mandi.r

r

“Huft! Untung Mas Ricko nggak tanya lebih detail lagi.” Gumam Intan.

-----------------------------------------------

Sabar ya Mas Adit... ????