Di Paksa Menikah

Chapter 97 BAB 97

Empat jam berlalu, tapi nama Intan belum di panggil juga. Hingga akhirnya hanya dia dan Ricko yang tersisa di kursi tunggu.

Ketika pasien terakhir keluar dari ruang periksa, nama Intan pun akhirnya di panggil juga. Ia dan Ricko masuk ke ruang periksa poli kandungan.

Setelah masuk, Ricko dan Intan duduk di kursi depan dokter. Dokter membaca data Intan terlebih dahulu.

"Keluhannya hanya mual muntah saja?" Tanya dokter pada Intan.

"Iya Dok." Jawab Intan.

"Usianya masih 18 tahun ya?" Tanya dokternya.

"Iya Dok." Jawab Intan lagi.

"Sudah berapa lama menikah?" Tanya dokter lagi.

"Hampir lima bulan." Jawab Ricko.

"Silahkan naik ke tempat tidur. Saya periksa dulu ya..." Ujar dokter kandungan pada Intan sambil berdiri dan berjalan ke samping tempat tidur.

Intan naik ke tempat tidur dibantu seorang perawat. Tangan dan kaki Intan terasa sangat dingin karena terlalu gugup.

"Permisi ya Mbak... " Ujar Perawat itu lalu menyingkap kaos Intan ke atas dan menuangkan gel ke perut Intan. Intan merasakan gel itu dingin di perutnya.

Dokter pun melakukan USG ke perut Intan. Di layar komputer tampaklah biji kacang di dalam lingkaran. Ricko dan Intan melihat itu, tapi mereka tidak mengerti itu gambar apa.

Dokter pun menggeser alat USGnya ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah sekaligus mengabadikannya. Setelah itu dokter duduk kembali ke kursinya, sedangkan perawatnya membersihkan gel di perut Intan.

Setelah duduk di kursinya, dokter menulis hasil dari pemeriksaannya di kertas. Intan yang sudah di bersihkan segera turun dari tempat tidur dan duduk kembali di samping Ricko.

"Jadi istri saya sebenarnya sakit apa Dok?" Tanya Ricko tidak sabar.

"Sakit?" Tanya dokternya heran sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Iya. Kenapa dia muntah terus - terusan?" Jawab Ricko.

"Jadi kalian berdua tidak tahu kalau ada janin di sana? Istri anda hamil Pak." Jawab dokter itu.

"Oh hamil..." Ujar Ricko santai sambil manggut - manggut.

"Apa Dok? Hamil?" Tanya Intan sambil membelalakkan matanya.

"Apa? hamil?" Ujar Ricko baru tersadar dan mengulangi kata - kata Intan sambil menggebrak meja dokter dengan pelan.

"Iya. Selamat ya untuk kalian berdua. Usianya masih 4 mingguan. Harap di jaga dengan sangat hati - hati." Jawab Dokter itu sambil tersenyum lalu menyalami Ricko dan Intan.

"Terima kasih Dok." Jawab Ricko sambil tersenyum sangat bahagia. Justru Intan yang terlihat tidak bahagia.

Di dalam mobil Intan hanya diam tidak bersuara. Sedangkan Ricko tersenyum tiada henti. Ia tidak menyangka "ular India"nya seganas itu, sehingga "bisa"nya bisa menghamili Intan dan sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah.

Beberapa hari yang lalu ia sempat bermimpi aneh. Di dalam mimpi itu, ia sedang mandi di dalam sebuah kamar mandi. Tiba - tiba ada yang memanggil "Pak Bapak". Ricko pun menghentikan aktivitas mandinya dan melihat ke kanan kirinya tapi tidak ada siapa - siapa.

"Pak Bapak aku pengen jadi polisi..."

"Pak Bapak aku pengen jadi guru..."

"Pak Bapak..."

"Pak Bapak..."

"Pak Bapak..."

Ricko pun mendekati asal suara yang ternyata dari saluran pembuangan air kamar mandi.

"Hwaaa anak - anakku." Gumam Ricko sambil mewek.

Ternyata mereka adalah kecebong - kecebong yang di buang Ricko sebelum menikah dengan Intan. Hwahahaha.

Setelah itu Ricko terbangun karena terkejut dengan mimpi anehnya.