Di Paksa Menikah

Chapter 98 BAB 98

Setelah mendapatkan 1 ekor ikan gurami yang besar, Ricko menyiapkan perapian untuk membakar ikan. Sedangkan Intan membersihkan ikan itu dan membumbuinya.r

r

“Kapan kamu akan wisuda?” Tanya Ricko sambil membakar ikan di tangannya.r

r

“Lima hari lagi Mas. Mas Ricko mau datang?” Tanya Intan.r

r

“Tentu saja. Aku walimu sekarang. Lagian semua orang sudah tahu kalo kita suami istri termasuk guru – guru di sekolahmu.” Jawab Ricko.r

r

“Iya juga sich...” Ujar Intan membenarkan ucapan Ricko.r

r

“Karena kamu wisuda lebih cepat dari yang aku perkirakan, pesta pernikahan akan aku majukan menjadi 1 minggu lagi.” Ujar Ricko tiba - tiba.r

r

“Kenapa mendadak sekali Mas?” Tanya Intan penasaran.r

r

“Sekarang kamu sudah hamil. Semakin lama perutmu akan semakin membesar. Kamu akan mudah lelah dan tidak menikmati pestanya.” Jawab Ricko. Ia sudah memperkirakan semuanya dengan baik.r

r

“Oh. Seperti itu?” Balas Intan. r

r

Setelah merasa ikannya sudah matang, Ricko dan Intan menikmati ikan bakar di bawah pohon tepi danau yang tenang. Yang terdengar hanya percikan air danau karena ada ikan yang melompat, kicauan burung bernyanyi di atas pohon, dan jangkrik. Embusan angin sepoi – sepoi terasa sangat sejuk dan segar. Intan merasa sangat tenang dan damai di tempat seperti ini. Ia merasa bersyukur Ricko mengajaknya ke tempat ini meskipun tidak ada signal dan listrik.r

r

Sore hari Ricko dan Intan kembali ke kota karena Ricko harus segera bekerja esok hari serta mengurus dan mempersiapkan pesta pernikahannya.r

r

Dalam perjalanan pulang, Intan tertidur di dalam mobil karena perjalanan panjang yang membosankan. Malam hari mereka baru sampai di rumah. Seperti biasa Ricko akan menggendong Intan ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur.r

r

“Terlalu sering muntah, tubuhmu jadi semakin ringan. Maaf sudah membuatmu tersiksa, dan terima kasih sudah mau mengandung anakku.” Gumam Ricko setelah membaringkan tubuh Intan di tempat tidur lalu menyelimuti tubuh Intan dan mengecup keningnya.r

r

Setelah itu ia mengambil kopernya di dalam mobil dan membawanya masuk ke dalam rumah lalu tidur di samping Intan.r

r

Keesokan harinya Intan membuka matanya lalu menggeliat. Ia melihat ke sekeliling dan baru menyadari kalau ia sudah berada di kamarnya. Ia pun melihat ke samping dan melihat Ricko yang masih tertidur lelap. Wajahnya terlihat sangat lelah sekali. Intan pun membelai wajah Ricko.r

r

“Terima kasih Mas. Lagi – lagi kamu menggendongku ke tempat tidur. Maaf selalu merepotkanmu.” Gumam Intan sambil tersenyum.r

r

Setelah itu Intan bangkit dan pergi ke dapur untuk memasak seperti biasanya. Tidak lupa ia juga membuat kopi untuk Ricko dan susu untuk dirinya sendiri. r

r

Selesai memasak ia naik ke kamar lantai atas untuk mandi dan bersiap – siap untuk pergi ke rumah orang tuanya setelah sarapan nanti. r

r

Di kamar lantai bawah Ricko membuka matanya dan melihat Intan sudah tidak ada di sampingnya. Ia segera bangun dan pergi ke dapur berharap menemukan Intan di sana, tapi nyatanya ia tidak melihat Intan di sana juga.r

r

Ia pun naik ke lantai atas dan menemukan Intan sedang menyisir rambutnya di depan meja rias di kamarnya. Ricko merasa lega dan tersenyum.r

r

“Kamu mau ke mana? Kenapa rapi sekali?” Tanya Ricko sambil mengerutkan dahinya lalu duduk di tepi tempat tidur.r

r

“Mau ke rumah ibu Mas. Mau memberitahu tentang pesta pernikahan kita.” Jawab Intan.r

r

“Biar aku antar setelah aku pulang kerja. Hari ini aku ada meeting yang tidak bisa di tinggalkan.” Ujar Ricko.r

r

“Lalu aku gimana? Di rumah sendiri seharian?” Tanya Intan.r

r

“Ikutlah aku ke perusahaan atau mau ke rumah mama? Di sana ada Sita.” Jawab Ricko.r

r

“Terserah Mas Ricko aja. Segera mandi. Aku tunggu di bawah.” Ujar Intan seraya berdiri lalu keluar kamar.r

r

“Hmmm.” Gumam Ricko lalu masuk ke dalam kamar mandi.